Rekruitmen dan pemilihan pegawai publik: Ringkasan trend dan praktek modern dalam lingkup internasional
Written by Robert J
Lavigna , Stephen W Hays in Journal of Public Personel Management, Vol 33 No 3
Fall 2004
Sebagian besar dari masyarakat internasional dihadapkan dengan
beberapa masalah dalam manajemen sumber daya manusia (HRM). Di negara maju,
masalah tersebut adalah sebagai berikut.
· Umur pegawai negeri sipil yang
semakin menua yang akan menimbulkan pergantian namun tidak memiliki pengganti
yang berkualitas
·
Adanya
kekosongan kursi kepemimpinan
·
Perubahan
definisi dari karir yang menyebabkan loyalitas kepada organisasi lemah
·
Perubahan
yang cepat misalnya dalam hal teknologi dan ekonomi yang membutuhkan
ketrampilan dalam kerja
·
Persaingan
yang ketat dari sektor private yang menginginkan hasil terbaik
·
Keterbatasan
anggaran yang mengurangi insentif kompensasi dan finasial, sehingga menjadikan
pemerintah sebagai tempat bisnis
· Sebuah citra negative dari pemerintah
yang di terjemahkan secara luas.
Kemampuan
pemerintah untuk menyediakan layanan publik secara efektif dan efisien
tergantung kepada pegawai negeri sipil. Pemerintah yang baik menuntut adanya
pegawai yang baik. Saat ini tekanan kepada pemerintah membuat pemerintah
menuntut kepada pegawainya untuk memberikan kontribusi yang lebih baik dalam
pelayanan.
merintis keberhasilan dalam rekruitmen dan seleksi
Salah
satu hal penting dalam HRM adalah sistem proses personalia. Idealnyanya system
tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Esensinya mempertimbangkan HRM
sebagai bagian dari budaya dan lingkungan politik yang mempengaruhi keputusan
pegawai. Banyak negara yang berhasil melakukan perekrutan dan seleksi pegawai
dalam pelayanan publik tidak hanya bergantung dari system HRM, tetapi juga di pengaruhi
oleh segi politik, sosial dan ekonomi. Tanpa legitimasi dan transparansi
politik, pegawai tersebut akan dikontrol oleh sebuah organisasi atau kelompok
tertentu.
Memperbaiki etika pelayanan publik
Salah satu kendala yang dihadapi
oleh hampir setiap negara adalah kepercayaan dan
keyakinan terhadap pemerintahan berada
pada titik terendah. Solusi untuk
mengatasi kurangnya etika pelayanan publik jelas lebih penting dari HRM.
Tanpa kerjasama dari banyak pihak, terutama politisi dan
pejabat lainnya, citra pelayanan publik akan sulit
untuk diperbaiki. Meskipun menghadapi tantangan yang besar untuk menghidupkan
kembali etika pelayanan publik, adanya penelitian memberikan sinyal untuk perbaikan. Beberapa faktor yang mengecilkan
minat dalam sektor publik adalah proses perekrutan dan birokrasi yang lambat,
deskripsi pekerjaan yang sempit, masih berlakunya senioritas, dan terlalu
banyak peraturan serta regulasi.
HRM
sebagai partner manajemen lini
Cara
lain dalam rekruitmen dan seleksi yang efektif adalah memberdayakan SDM sebagai
fungsi pelayanan. Namun SDM sering dipandang
sebagai masalah, bukan sebuah solusi. Dengan munculnya "manajemen publik
baru" (sering disebut reinvention dan / atau "New Public
Administration "di Amerika Serikat), banyak negara telah mengubah fungsi personilnya. Perubahan penting telah terjadi pada fungsi SDM yang didesentralisasikan pada unit operasi, manajer lini telah diberdayakan untuk membuat keputusan terkait SDM yang ditujukan kepada otoritas pusat, dan memiliki inisiatif yang luas dalam birokrasi, di mana HRM menghilangkan aturan dan peraturan yang tidak perlu. Dalam model baru, pelayanan SDM, implementasi, rekruitmen dan pemilihan pegawai bisa ditingkatkan.
Administration "di Amerika Serikat), banyak negara telah mengubah fungsi personilnya. Perubahan penting telah terjadi pada fungsi SDM yang didesentralisasikan pada unit operasi, manajer lini telah diberdayakan untuk membuat keputusan terkait SDM yang ditujukan kepada otoritas pusat, dan memiliki inisiatif yang luas dalam birokrasi, di mana HRM menghilangkan aturan dan peraturan yang tidak perlu. Dalam model baru, pelayanan SDM, implementasi, rekruitmen dan pemilihan pegawai bisa ditingkatkan.
Budaya dan
tradisi umum
Di negara
barat, birokrasi banyak menggunakan menggunakan teori max weber. Dimana "birokrasi modern," menekankan seperti kualitas sebagai institusi politik yang maju dan stabil,
netralitas birokrasi dan akuntabilitas, adanya
derajat pemisahan antara politik dan administrasi, karir sektor publik,
spesialisasi dan objektivitas dalam tugas pekerjaan. Model Barat juga menganggap bahwa sekularisme, rasionalitas, kompetisi, orientasi
prestasi, dan individualisme juga mendominasi
tempat lain. Pada negara dunia ketiga adanya birokrasi menjadi tidak seimbang
antara militer dan sipil karena lemahnya lembaga-lembaga politik yang ada.
Birokrasi sering dianggap sebagai pelengkap kediktaktoran militer. Adanya
anggapan negara barat bahwa modelnya berkembang di negara dunia ketiga ternyata
bertolakbelakang hal ini disebabkan perbedaan budaya seperti ritualisme,
struktur kasta, struktur kasta keluarga, senioritas berbasis wewenang, dan
tanggung jawab kolektif. Model HRM yang sama tidak bisa di jalankan di setiap
negara, kalaupun bisa, hal itu merupakan
syarat bantuan internasional seperti IMF. Ini mengindikasikan pendekatan dalam
HRM berbeda dengan adat istiadat dan nilai yang ada pada penduduk pribumi.
System
manajerial
Praktek rekrutmen dan seleksi
tergantung pada sistem HRM komplementer. Sebagai contoh, sistem pencatatan
karyawan memadai apabila terdapat status pemohon
dan kemajuan. Hal yang lebih penting lagi adanya sistem perencanaan sumber daya manusia seharusnya dapat membimbing dan mengarahkan sistem rekruitmen. Adanya ketidaksolidan dalam perencanaan HRM akan dapat menyebabkan hal yang tidak di inginkan dalam organisasi. Hal penting dalam HRM adalah adanya sistem kompensasi yang kompetitif, skema klasifikasi, dan perkembangan karyawan untuk meningkatkan pertumbuhan pekerja. Tanpa adanya komponen tersebut bisa jadi proses perekrutan akan mengalami kegagalan.
dan kemajuan. Hal yang lebih penting lagi adanya sistem perencanaan sumber daya manusia seharusnya dapat membimbing dan mengarahkan sistem rekruitmen. Adanya ketidaksolidan dalam perencanaan HRM akan dapat menyebabkan hal yang tidak di inginkan dalam organisasi. Hal penting dalam HRM adalah adanya sistem kompensasi yang kompetitif, skema klasifikasi, dan perkembangan karyawan untuk meningkatkan pertumbuhan pekerja. Tanpa adanya komponen tersebut bisa jadi proses perekrutan akan mengalami kegagalan.
Pendekatan
yang muncul dalam rekruitmen dan proses seleksi
Dalam perekrutan dan pemilihan
pegawai yang berkompeten dan baik di butuhkan pendekatan yang terkoordinasi dan
proaktif. Selama ini pendekatan yang ada belum mampu menciptakan pegawai negeri
sipil yang kompeten dalam bidangnya. maka dari itu pemerintah mencoba melalukan
beberapa cara, yaitu melakukan pemilihan
teknik dari tingkat dasar hingga yang sangat canggih. Teknik ini terdiri dari 3
kategori yaitu:
1.
Perubahan prosedural
adalah
perubahan yang dapat dilaksanakan lebih mudah daripada
perbaikan proses rekruitmen dan seleksi dengan reformasi. keduanya merupakan
prosedural untuk meningkatkan dan mempercepat perekrutan pegawai negeri.
Contoh tipe
ini:
·
Menghilangkan aturan
sewenang-wenang dan peraturan yang membatasi pilihan pekerjaan manajer dan
supervisor.
·
Mengadopsi prosedur
perekrutan yang menarik dan fleksibel.
·
Penyaringan pelamar
secara cepat
·
Validasi persyaratan
dan ujian masuk
·
Melembagakan
kebijakan yang sesuai terhadap pegawai
·
Membuat deskripsi
pekerjaan lebih fleksibel
2.
Proses inovasi
yang dimaksud
adalah untuk menyederhanakan dan mempermudah pemahaman mengenai proses aplikasi
bagi calon tenaga kerja (pegawai). Dengan kata lain,
pemerintah berusaha untuk membuat
prosedur yang lebih user-friendly dan transparan bagi para pegawai.
Perbaikan
proses rekruitmen dan pemilihan
Selama ini proses perekrutan dan pemilihan dalam
sektor publik sering dianggap lambat, tidak responsif dan pasif. HRM banyak membuat
peraturan yang kaku dan menghambat potensi pegawai. Maka dari itu, perbaikan
dilakukan dengan cara mengurangi
ketergantungan pada kegiatan pengendalian dan reformasi. Komponen yang sangat
signifikan terkait dengan hal tersebut adalah desentralisasi layanan SDM untuk
unit operasi.
·
Pergerakan
desentralisasi
Adanya gerakan desentralisasi
bertujuan untuk membuat organisasi dalam pengelolaan SDM lebih fleksibel.
·
Desentralisasi
internasional
Desentralisasi yang terjadi di
negara-negara lain terutama barat telah mengadopsi perekrutan pegawai agar
lebih efektif dan modern dengan membuat badan-badan public baru.
·
Upaya penjangkauan
agresif
Desentralisasi saja tidak akan menarik
pelamar yang berkualitas. Lembaga-lembaga publik diharapkan menggunakan
strategi yang telah lama dieksploitasi oleh bisnis
dan industry yaitu untuk menjangkau karyawan yang berkualitas dengan promosi ke
media-media baik masa maupun internet.
·
karyawan sebagai
perekrut
Karena kekhawatiran tentang kepatutan
dan netralitas pegawai negeri sipil,
lembaga-lembaga publik baru-baru ini melibatkan
karyawan mereka sendiri dalam mencari bakat baru. Taktik yang terbukti paling efektif adalah arahan karyawan, di mana para pekerja saat
ini diminta untuk merekomendasikan kandidat yang
memenuhi persyaratan sebagai pegawai.
.
3.
Aplikasi teknologi.
Hampir
semua strategi perekrutan dapat diperkaya oleh berbagai jenis teknologi
informasi (TI) (Hendrickson 2003). Terjadi perpindahan gerakan dari HRM konvensional
ke HRM virtual, ditandai dengan pengenmabangan lingkungan paperless yang
mengandalkan interaksi elektronik, menggunakan intranet, World Wide Web, dan
perangkat lunak yang meningkatkan proses SDM (Elliot dan Tevavichulada 1999).
Upaya untuk membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih user-friendly telah memicu teknologi
aplikasi computer dipergunakan secara masif dan luas. Banyak organisasi publik
telah menggunakan komputer dan surat elektronik untuk mempublikasikan lowongan
pekerjaan. Salah satu contohnya adalah sistem tawaran kerja online. Bagi para
manajer, IT sangat membantu mereka dalam mengidentifikasi dan melacak calon
pegawai yang memenuhi persyaratan untuk
posisi tertentu. Dengan otomatis, manajer dapat memiliki akses secara
online untuk menguji pelamar, melakukan proses kualifikasi dan mendapatkan
informasi tentang calon pegawai. Hal tersebut sangat efisien dalam proses
penyaring calon karyawan.
Meskipun
strategi baru dan teknologi memberikan keuntungan nyata dan lebih potensial
dalam menghasilkan kinerja yang baik, kehati-hatian sangat diperlukan karena
pertama, semboyan HR yang baru yaitu fleksibilitas, tetapi akan menimbulkan
biaya yang besar, secara harfiah dan kiasan (Farnham 1997). Terutama, sistem
personil publik yang terdesentralisasi dan deregulasi dapat dimanipulasi dan dieksploitasi.
Pemerintah dan sektor swasta memiliki perbedaan di mana pemerintah mengadopsi
pendekatan sektor swasta tanpa mengenal perbedaan mendasar dalam pemerintahan
adalah sebuah strategi yang memiliki resiko yang besar. Meskipun teknologi
menawarkan kesempatan baik untuk meningkatkan dan mempercepat operasi SDM,namun
secara tidak langsung mengurangi peran "faktor manusia" (Barat dan
Berman 2001). Organisasi publik harus mengadopsi strategi rekruitmen dan seleksi yang
representatif untuk dilaksanakan. apabila semua jenis strategi dilaksanakan
akan merugikan organisasi itu sendiri. Tantangan utama bagi para profesional
dalam bidang SDM adalah memilih perubahan yang paling cocok untuk pengaturan
dalam organisasinya sendiri dan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Referensi
· Amado,
Rivka (2001). "Checks, Balances, and Appointments in the Public Service:
Israeli Experience in Comparative Perspective." Public Administration
Review 61 (5): 569-584.
· Anderson,
L. (1987). "The State in the Middle East and North Africa." Comparative
Politics 20 (1): 1-18.
· Bouckaert,
Geert and Leo Victor (2001). "Pride and Performance in the Civil Service:
The Flemish Case." International Review of Administrative Sciences 67
(1): 65-76.
· Bourgault,
Jacques and Mary Gusella (2001). "Performance, Pride and Recognition in
the Canadian Federal Civil Service." International Review of
Administrative Sciences 67 (1): 29
Komentar