Langsung ke konten utama

Sistem Kepegawaian Negeri dan Reformasi Kepegawaian Negeri di Korea (written by Pan Suk Kim)

reviewed by :

Bayu Putra
Indra Fibiona 


Sistem administrasi pemerintahan Korea didasarkan pada tradisi sastra-birokrasi masyarakat lama Korea. Tradisi sastra-birokrasi berakar dari paham Confucius yang merupakan sebuah ideologi kuno yang membagi masyarakat dalam  4 kelas tradisional yaitu: golongan sarjana, golongan petani, golongan perajin, dan golongan pedagang. Golongan sarjana yang meliputi para sastrawan-birokrat (yangban) adalah kelas tertinggi pada masa lampau, meskipun tradisi ini telah dihapuskan pada saat ini. Ketika dinasti Joseon berakhir, tradisi yangban juga dihentikan. Namun, pengaruh secara sosial dari tradisi yang terlanjur mengakar dalam diri masyarakat Korea. Sebagai contoh adalah prestis pada diri pejabat pemerintahan yang tetap terjadi hingga kini.
Kepegawaian Negeri di Korea masih merupakan suatu tingkatan gengsi sosial tertentu sehingga banyak dari generasi muda yang masih bersemangat untuk dapat bekerja di tempat-tempat kepegawaian negri melalui ujian masuk tertulis yang terkesan kaku. Sejumlah besar lulusan perguruan tinggi yang terbaik dan terpandai menghabiskan paling sedikit beberapa tahun berusaha untuk dapat sukses lolos dalam ujian masuk kepegawaian Negeri dan menjadi pegawai negeri. Secara khusus, ujian masuk untuk tingkatan 5 cukup sulit dilalui sehingga banyak pelamar yang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian selama beberapa tahun dan sering mengikuti kelas-kelas tambahan pada akademi-akademi swasta susulan sebagai pendidikan formal mereka.
Kementrian Administrasi Pemerintahan (MOGA) merupakan otoritas pemerintahan pusat dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah itu, saat Kementrian Administrasi Pemerintahan (MOGA) dan Kementrian Dalam Negeri (MOHA) disatukan pada tahun 1998, Kementrian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri (MOGAHA) berlanjut menjadi agen personalia pusat. Namun, pemerintah pusat memisahkan fungsi personalia dari MOGAHA dan membentuk Komisi Kepegawaian Negeri (CSC) di tahun 1999. Dari tahun 1999, Komisi Kepegawaian Negeri merupakan agen personalia pusat, tapi agen tersebut digabungkan kembali dengan agen-agen lain, seperti Kementrian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri (MOGAHA) dan Komisi Perencanaan Darurat Nasional (NPEC), pada saat presiden baru, Lee Myung-bak mereorganisir agen-agen pemerintah pusat pada awal tahun 2008.
Perekrutan kepegawaian Negeri pada saat ini terbagi menjadi 2 bentuk: ujian kompetisi tahunan, yang dapat diambil oleh siapapun, dan proses perekrutan khusus, yang dapat dipesan oleh departemen-departemen individu secara tidak teratur. Metode yang paling umum digunakan dalam perekrutan pegawai negeri sipil adalah ujian perekrutan kompetisi terbuka, yang tidak mensyaratkan persyaratan prasyarat akademis apapun. Namun, para lulusan perguruan tinggi merupakan mayoritas yang diterima dalam ujian untuk segala tingkatan. Ujian perekrutan non-kompetisi diadakan sebagai metode tambahan saat ujian perekrutan kompetisi tidak dapat memenuhi perekrutan yang mensyaratkan adanya bakat-bakat tertentu.
Perekrutan kepegawaian Negeri pada saat ini terbagi menjadi 2 bentuk: ujian kompetisi tahunan, yang dapat diambil oleh siapapun, dan proses perekrutan khusus, yang dapat dipesan oleh departemen-departemen individu secara tidak teratur. Metode yang paling umum digunakan dalam perekrutan pegawai negeri sipil adalah ujian perekrutan kompetisi terbuka, yang tidak mensyaratkan persyaratan prasyarat akademis apapun. Namun, para lulusan perguruan tinggi merupakan mayoritas yang diterima dalam ujian untuk segala tingkatan.
Pembayaran pegawai negeri sipil di Korea disusun berdasarkan gaji pokok, tunjangan, dan keuntungan. Gaji pokok adalah gaji tetap yang dibayarkan oleh tingkatan dan bertahap berdasarkan tingkatan pertanggungjawaban, tingkat kesulitan posisi masing-masing, dan lama pelayanan. Hal-hal tersebut dihitungkira-kira setengah dari total gaji bulanan pegawai, tergantung pada peringkat di organisasi.Pegawai negeri sipil Korea sangat memperhatikan masalah standar hidup, jika dibandingkan dengan para pekerja yang bekerja di sektor swasta.
Penilaian kinerja pada tingkat individu dilaksanakan oleh otoritas personalia pada tiap-tiap agen. Dibawah peraturan individu yang masih berlaku, kinerja pegawai negeri sipil dievaluasi secara teratur.
Reformasi Utama Kepegawaian Negeri: Pembentukan Kepegawaian Negeri Senior
SCS di Korea diperkenalkan pada tanggal 1 Juli 2006. Beberapa tahun yang lalu, pemerintah Korea telah membawa bermacam-macam pengukuran reformasi yangsalah satunya adalah reformasi kepegawaian negeri. Pengukuran reformasi ini antara lain: pembangunan Komisi kepegawaian Negeri (CSC), sistem penyuntingan pekerjaan (kompetisi pemerintahan dalam skala besar) dalam kepegawaian negeri sipil, posisi terbuka (baik secara internal maupun eksternal) pada sejumlah posisi yang ditunjuk (20 persent dari tingkat 3 dan diatasnya), pembayaran terkait kinerja dan skema bonus, diversifikasi ujian masuk kepegawaian negeri, pergantian personalia untuk keseluruhan direksi, pemanfaatan tanggapan 360 derajat, dan sebagainya.
Pembukaan Posisi Pemerintahan
Posisi yang diisi, berdasarkan kompetisi antara pejabat-pejabat pemerintah yang memenuhi syarat atau diantara mereka yang berada di dalam kepegawaian negeri serta para ahli diluar pemerintahan. Terdapat jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya mengenai posisi-posisi dalam kategori-kategori terkait.
Pengembangan Kemampuan dan Kapabilitas
Sebuah program untuk pengembangan kemampuan dan kapabilitas telah diperkenalkan bagi para kandidat kepada kepegawaian negri senior. Program kandiat kepegawaian negeri sipil senior milik COTI saat ini terdiri dari empat bagian:
  1. mengorientasikan pembelajaran tindaakan
  2. melakukan pembelajaran tindakan
  3. pelatihan berbasis keperluan setelah penilaian kompetensi (pelatihan menyediakan daerah-daerah dengan kompetensi lemah
  4. seminar pembelajaran tindakan (tiap-tiap peseta mempresentasikan hasil kerja mereka)
Penilaian Kompetensi
Penilain dilakukan oleh Sekelompok penilai ahli (terdiri dari para pegawai negri berpengalaman dan kalangan profesional) yang mengevaluasi tentang karakter kepribadian para kandidat di dalam suatu situasi yang tersimulasi berdasarkan suatu masalah spesifik yang dapat ditemui dalam situasi nyata pekerjaan.
Manajemen Kinerja dan Kompensasi
Para pegawai negri sipil menandatangani kesepakatan kinerja dengan kepala organisasi terkait. Tiap anggota kepegawaian negri sipil senior  membuat kesepakatan kinerja individu dengan tujuan dan pengukuran kinerja. Kesepakatan kinerja berlaku khususnya selama setahun. Evaluasi kinerja akan urutkan berdasar ranking pada skala empat level.  Mereka yang berada pada level paling rendah dalam evaluasi reguler akan diberikan kesempatan pelatihan untuk meningkatkan kinerja. Untuk mendorong moral dan efisiensi parapegawai negri, maka keuangan yang insentif pun diberlakukan. Sistem kompensasi tahunan telah direformasi dari sistem berbasis rangking yang sedang berlaku ke sistem berbasis kinerja. Secara konvensional, skala pembayaran diformulasikan secara luas sesuai dengan tingkatan pegawai yang bisanya dideskripsikan sebagai tingkat 3, 2, dan 1.
Sistem kompensasi yang baru untuk para anggota kepegawaian negri senior baru saja dibangun, berdasarkan pada kinerja seseorang sebagaimana tingkat kepentingan dan kesulitan dari tugas-tugas yang dikerjakan. Hal tersebut pada dasarnya terdiri dari empat unsur: gaji pokok tahunan, pembayaran kerja yang berdasarkan dua kategori dalam hal pekerjaan itu sendiri, pembayaran yang berdasarkan pada kinerja berdasarkan pada evaluasi kinerja tahunan dan pembayaran tambahan.
Sertifikasi Ulang
Seluruh anggota kepegawaian negeri sipil senior harus disertifikati ulang tiap lima tahun. Evaluasi-evaluasi komprehensif dan tinjauan akan diadakan yang terkait dengan kompetensi, kinerja umum, dan integritas para pejabat.

Kesimpulan
Pemerintahan Korea telah melakukan transformasi dari sistem berbasis karir yang klasik ke sistem berbasis posisi telah mampu diobservasi selama beberapa tahun.  Selama beberapa tahun, kepegawaian negeri Korea memberikan kontribusi yang substansial bagi pembangunan di Korea, namun masih mendapat kritikan dari publik dikarenakan kedekatannya serta kurangnya kekompetitifan global. Khususnya, selama krisis ekonomi Asia di akhir 90an, Korea tidak memiliki pilihan selain mereformasi sistem kepegawaian negeri. Saat presiden Kim Dae-jung berkuasa, ia mendeklarasikan tujuannya untuk meluncurkan reformasi pemerintahan skala besar yang meliputi reformasi kepegawaian negeri. Konsekuensinya, Korea behasil mengadaptasian gaya manajerial bisnis dan menjalankan reformasi administrasi yang ambisius yang telah direncanakan sejak akhir tahun 90an. Pemerintah Korea berusaha untuk merencanakan reformasi yang mendesak yang dapat membentuk kembali peranan pemerintah dan meningkatkan efisiensi pada sektor publik. Untuk mencapai tujuan-tujuan di sektor publik tersebut, pemerintah memperkenalkan bermacam-macam mekanisme pemasaran dalam mempromosikan keterbukaan, fleksibilitas, kompetisi dan kinerja. Sangat terasa bahwa isu pokok ini adalah bagaimana mempersiapkan fleksibilitas untuk sistem HRM untuk meningkatkan respon untuk perubahan keperluan dan memfokuskan pada permintaan-permintaan lokal dan sektoral, saat mempertahankan kolektivitas dan mempersiapkan koordinasi.
Akhirnya, pandangan HRM perlu untuk berinovasi. Dalam sektor swasta maupun pemerintah, manajemen sumber daya manusia semakin penting. Pada dasarnya, terdapat tiga dimensi dalam HRM; strategis, pengoperasian dan fungsi-fungsi administrasi. Di masa lalu fungsi administrasi dari HRM menjadi lebih dominan, diikuti dengan fungsi-fungsi operasional dan strategis. Namun, di masa depan, pandangan yang berlawanan, misalnya, tipe terbalik dari piramida bisa membuat lebih berkesan. Dengan kata lain, fungsi strategis dari HRM dapat menjadi bagian yang paling penting, diikuti oleh fungsi-fungsi operasional dan administratif. Maka, kita perlu lebih mengembangkan fungsi strategis dari HRM, ketimbang fungsi administratif, untuk menghadapi tantangan-tantangan yang baru.
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI TSSB HINGGA SDSB: SEJARAH “LOTERE LEGAL” SUMBANGAN BERHADIAH DI DIY, 1970AN HINGGA 1993

Indra Fibiona Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Jl. Brigjen Katamso 139 Yogyakarta 55152 e-mail : indrafibiona@yahoo.com ABSTRAK Fenomena maraknya lotere baik legal maupun ilegal di tahun 1970an menjadi stigma bahwa judi merupakan Tradisi masyarakat jawa. Lotere memiliki ekses negatif terhadap perekonomian termasuk perekonomian masyarakat di DIY. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif bertemakan sejarah sosial dengan metode penelitian snowball sampling dan triangulasi (kritik) dengan sumber primer mengenai peristiwa maraknya lotere pada waktu itu. Penelitian ini menjelaskan   tentang penyelenggaraan lotere TSSB hingga SDSB di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kerangka historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa   dana dari daerah banyak tersedot ke Jakarta untuk setiap kali pengundian lotere . Keberadaan KSOB dan TSSB juga menyulut protes masyarakat karena dampak negatif yang ditimbulkan. TSSB dan KSOB mengalami metamorfosis menjadi SDSB di ta

Good Governance: Asal Usul, Perkembangan Konsep dan Kritik

 written by:  Indra Fibiona & Bayu Putra Pendahuluan administrasi publik mengalami perkembangan paradigma secara dinamis. Diawali dengan Old Public Administration, di mana terjadi dikotomi locus dan fokus, dan masih kental orientasinya dengan government. OPA pada perkembangannya bergeser menjadi paradigma baru, yaitu   New Public   Manajemen, New Public Services hingga Good Governance (Keban, 2008). Good Governance diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang baik merupakan tema umum kajian yang populer, baik di pemerintahan, civil society maupun di dunia swasta. Kepopulerannya adalah akibat semakin kompleksnya permasalahan, seolah menegaskan tidak adanya iklim pemerintahan yang baik. Good Governance dipromosikan oleh World Bank untuk menciptakan tatanan pemerintahan yang sehat. Pemahaman pemerintah tentang good governance berbeda-beda, namun setidaknya sebagian besar dari mereka membayangkan bahwa dengan good governance mereka akan dapat memiliki kualitas pemerintahan y

Pengembangan Desa Wisata untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Written by Indra Fibiona

Pendahuluan Desa Wisata merupakan suatu bentuk intergrasi antara atraksi akomodasi dan fasilitas pendukung yang tersaji dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku ( Nuryanti, 1993: 2-3) . Desa wisata juga dapat dimaknai sebagai s uatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan.             Di dalam pengembangan suatu desa menjadi desa wisata, disamping identifikasi terhadap unsur unsur yang ada di desa, penentuan desa wisata juga harus diimbangi dengan pemahaman karakteristik serta tatanan budaya masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar dapat dimanfaatkan dalam pengembangan aspek perekonomian desa tersebut (dinas par